LINGKUNGAN SOSIAL BUDAYA DAN MEMAHAMI ASPEK-ASPEKNYA
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Dalam
melakukan pemasaran global atau internasional, perusahaan diharuskan untuk
dapat melihat terlebih dahulu kepada kondisi lingkungan sosial dan budaya yang
ada dalam Negara yang akan dimasuki oleh produk yang dihasilkan. Dengan begitu,
pemasaran yang dilakukan dapat dengan mudah menjawab atau mengikuti seperti apa
lingkungan sosial dan budaya dari Negara lain, sehingga perusahaan lebih mudah
untuk dapat mengambil minat masyarakat yang ada di Negara lain.
Pemasaran
internasional memiliki peranan yang penting dalam mempengaruhi kebiasaan
masyarakat yang ada disuatu Negara, dimana mereka juga dapat mengubah
perekonomian yang sudah ada di Negara tersebut. Dengan kata lain, jika
perusahaan dapat melihat pada kondisi lingkungan sosial dan budaya yang ada di
Negara yang akan dimasuki, maka perusahaan tersebut dapat menjadi patokkan atau
bahkan acuan yang dapat mempengaruhi perilaku sosial dan budaya di suatu
Negara.
Berdasarkan
hal tersebut, untuk melihat bagaimana pengaruh pemasaran global atau
internasional terhadap lingkungan sosial dan budaya suatu masyarakat di Negara
lain, maka penulis tertarik untuk mengambil penulisan dengan judul: “Lingkungan Sosial dan Budaya dan Memahami
Aspek-Aspeknya: Hubungannya Dengan Contoh Kasus yang Terjadi Di Masyarakat”
1.1.
Rumusan dan Batasan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis dapat menentukan
rumusan dan batasan permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan ini adalah
sebagai berikut:
1) Bagaimana
lingkungan sosial dan budaya dalam mempengaruhi masyarakat?
2) Bagaimana
hubungannya dengan kasus yang terjadi di masyarakat?
1.2.
Tujuan Penulisan
Berdasarkan
rumusan dan batasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis dapat
menentukan tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut:
1)
Untuk mengetahui bagaimana lingkungan
sosial dan budaya dalam mempengaruhi masyarakat
2)
Untuk mengetahui bagaimana hubungannya
dengan kasus yang terjadi di masyarakat
TEORI
2.
Pengertian
Lingkungan Sosial Budaya
Menurut W. J.
S. Poerwadarminta (1990), sosial dimaknai sebagai segala sesuatu yang
berhubungan dengan masyarakat dan kemasyarakatan; suka memperhatikan
kepentingan umum. Sedangkan, budaya berasal dari kata Sans atau Bodhya yang
bermakna pikiran dan akal budi, budaya diartikan sebagai segala hal yang dibuat
oleh manusia berdasarkan pikiran dan akal budinya yang mengandung cinta, rasa
dan karsa. Jadi, dapat disimpulkan dari segi istilah, bahwa sosial budaya
merupakan segala hal yang diciptakan oleh manusia dengan pikiran dan budinya
dalam kehidupan bermasyarakat.
Menurut Andreas
Eppink (2013), sosial budaya dan kebudayaan adalah segala sesuatu atau tata
nilai yang berlaku dalam sebuah masyarakat yang menjadi ciri khas dari
masyarakat tersebut. Sedangkan menurut Burnett (1958), kebudayaan adalah
keseluruhan berupa kesenian, moral, adat istiadat, hokum, pengetahuan,
kepercayaan, dan kemampuan pola pikir dalam bentuk lain yang didapatkan
seseorang sebagai anggota masyarakat dan keseluruhan bersifat kompleks. Dari
kedua pengertian tersebut bisa disimpulkan bahwa sosial budaya memang mengacu
pada kehidupan bermasyarakat yang menekankan pada aspek adat istiadat dan
kebiasaan masyarakat itu sendiri.
Elemen dari Budaya
Budaya terdiri dari banyak
komponen saling berhubungan. Pengetahuan dari satu budaya memerlukan satu
pengertian mendalam pada bagian-bagian berbeda. Unsur-unsur dari Budaya sebagai
berikut :
· Material Life merupakan teknologi yang
digunakan untuk menghasilkan, mendistribusikan, dan mengkonsumsi barang-barang
dan layanan
· Bahasa; bahasa mempunyai dua
bagian-bagian: lisan dan bahasa diam
· Interaksi Sosial; interaksi sosial di antara orang;
keluarga inti memperluas keluarga; kelompok referensi
· Aestetika; ide-ide dan persepsi bahwa satu
budaya berkaitan dengan kecantikan serta kebaikan
· Agama; sekumpulan kepercayaan (anggapan)
komunitas yang berhubungan dengan satu kenyataan yang dibuktikan dengan
pengalaman
· Pendidikan; Salah satu dari wahana-wahana
pembelajaran utama menyalurkan dari satu generasi kepada berikutnya
· Menghargai Sistem; nilai bentuk norma-norma dan
standar orang.
2.1. Aspek Dasar Budaya
Menurut
E.B. Taylor dalam Soerjono Soekanto (1990:188-189). budaya adalah suatu
keseluruhan yang mana memiliki sifat yang kompleks. Keseluruhan yang dimaksud
adalah meliputi kepercayaan, adat istiadat, hukum, seni, kesusilaan,
kesanggupan, bahkan semua kebiasaan yang dilakukan oleh manusia adalah salah
satu bagian dari suatu masyarakat. Bagi ahli antropologi dan sosiologi, budaya
adalah “cara hidup” yang dibentuk oleh sekelompok manusia yang diturunkan dari
satu generasi ke generasi berikutnya. Budaya termasuk kesadaran dan
ketidaksadaran akan nilai, ide, sikap, dan simbol yang membentuk perilaku
manusia dan diteruskan dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Seperti
didefinisikan oleh seorang ahli antropologi organisasi Geert Hofstede, budaya
adalah “tatanan kolektif dari pikiran yang membedakan anggota tersebut dari
satu kategori orang dengan orang lainnya.”
1) Pandangan Ahli Antropologi
Seperti
diutarakan oleh Ruth Benedict dalam karya klasiknya berjudul The Chrysanthemum
and the Sword, tidak peduli betapa aneh tindakan atau pendapat seseorang , cara
seseorang berpikir, merasa, dan bertindak mempunyai hubungan dengan pengalamannnya
di dunia ini. Tidak masalah jika tindakan dan opini dirasakan sebagai gagasan
yang aneh oleh orang lain. Pemasar global yang berhasil harus memahami
pengalaman manusia dari sudut pandang lokal dan menjadi orang dalam melalui
proses empati budaya.
2) Budaya Konteks Tinggi dan Rendah
Edward
T. Hall menyarankan konsep konteks tinggi dan rendah sebagai salah satu cara
untuk memahami orientasi budaya yang berbeda. Dalam budaya konteks rendah,
pesan nyata; kata-kata membawa sebagian besar informasi dalam komunikasi. Dalam
budaya konteks tinggi, tidak terlalu banyak informasi berada dalam pesan
verbal. Jepang, Saudi Arabia, dan budaya konteks tinggi lainnya sangat
menekankan pada nilai dan posisi atau kedudukan seseorang di masyarakat. Dalam
budaya ini, pinjaman dari bank lebih mungkin didasarkan pada siapa Anda
daripada analisis formal laporan keuangan. Dalam budaya konteks rendah seperti
Amerika Serikat, Swis, atau Jerman, persetujuan dibuat dengan informasi yang
jauh lebih sedikit mengenai karakter, latar belakang, dan nilai-nilai.
Keputusan lebih didasarkan pada fakta dan angka dalam permintaan pinjaman.
3) Komunikasi dan Negosiasi
Jika
bahasa dan budaya berubah, ada tantangan tambahan dalam komunikasi. Misalnya,
“ya” dan “tidak” dipergunakan dengan cara yang berbeda antara Negara Jepang dan
Negara barat. Hal ini menyebabkan kebingungan dan kesalahpahaman. Dalam bahasa
inggris jawaban “ya” atau “tidak” atas sebuah pertanyaan didasarkan pada apakah
jawabannya mengiyakan atau menolak. Dalam bahasa Jepang, tidak demikian.
Jawaban “ya” atau “tidak” dapat dipergunakan untuk jawaban yang membenarkan
atau menolak pertanyaan tadi.
4) Perilaku Sosial
Ada
sejumlah perilaku sosial dan sebutan yang mempunyai arti yang berbeda-beda di
dalam budaya lain. Sebagai contoh, orang Amerika umumnya menganggap tidak sopan
jika makanan di atas piring membubung, membuat keributan ketika sedang makan,
dan bersendawa. Namun sejumlah masyarakat Cina merasa bahwa merupakan hal yang
sopan jika mengambil setiap porsi makanan yang dihidangkan dan menunjukkan
kepuasannya dengan bersendawa. Perilaku sosial lainnya, jika tidak diketahui, akan
merugikan bagi pelancong internasional. Sebagai contoh, di Arab Saudi,
merupakan penghinaan jika menanyakan kepada pemilik rumah tentang kesehatan
suami/istri.
5) Sosialisasi Antar-Budaya
Memahami
suatu budaya berarti memahami kebiasaan, tindakan, dan alasan-alasan di balik
perilaku-perilaku yang ada. Sebagai contoh, di Amerika Serikat, bak mandi dan
toilet mungkin berada dalam ruang yang sama. Orang Amerika mengasumsikan bahwa
ini adalah norma yang berlaku di dunia. Namun, dalam beberapa budaya seperti
Jepang, menganggap itu tidak higienis. Bahkan budaya lain menganggap duduk di
atas toilet duduk itu tidak higienis. Di banyak budaya, penggunaan tisu toilet
bukanlah norma mereka.
2.2.
Pendekatan Analisis Faktor Budaya Organisasi
Mondy dan Noe
yang dialih bahasakan oleh Djoko Santoso Moeljono (2005:23)
mengemukakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terbentuknya budaya
perusahaan, yaitu :
1)
Komunikasi
Komunikasi yang efektif dalam
perusahaan mempunyai dampak yang positif terhadap budaya perusahaan. Dengan
komunikasi efektif, manajer dapat melakukan sosialisasi tujuan dan misi
perusahaan, menyampaikan peraturan perusahaan, dan memberitahukan
kebijakan-kebijakan yang ditetapkan. Pola komunikasi yang terjadi dalam
perusahaan menciptakan suatu pola tingkah laku karyawan dalam hubungan antara
atasan dan bawahan, misalnya sejauhmana informasi dapat disebarkan dalam
organisasi.
2)
Motivasi
Upaya-upaya manajemen memotivasi
karyawannya juga membentuk budaya tersendiri dalam budaya perusahaan, apakah
karyawan selalu dimotivasi oleh uang, bagaimana perusahaan memandang keras
karyawan, atau sejauh mana perusahaan memperhatikan lingkungan kerja. Bagaimana
perusahaan memotivasi karyawan untuk menunjukan bagaimana perusahaan memandang
sumber daya manusia yang ada di perusahaan itu, yang selanjutnya akan
mempengaruhi berbagai kebijakan sumber daya manusia.
3)
Karakteristik Organisasi
Karakter organisasi juga
mempengaruhi budaya perusahaan, ukuran dan kompleksitas organisasi akan
menentukan tingkat spesialisasi dan hubungan personal yang selanjutnya
mempengaruhi tingkatan otoritas pengambilan keputusan, kebebasan tanggung jawab
dan proses komunikasi yang terjadi.
4)
Proses-Proses Administratif
Proses-proses administratif meliputi
proses pemberian penghargaan kepada karyawan yang berprestasi, toleransi
terhadap konflik, dan kerja kelompok yang terjadi. Proses-proses ini akan
mempengaruhi budaya, karena akan menunjukan individu yang bagaimana yang dipandang
berhasil dalam perusahaan. Bagaimana perusahaan memandang prestasi karyawan,
perusahaan memandang konflik, dan apakah perusahaan menekankan kerja kelompok
atau individu.
5)
Struktur Organisasi
Struktur mungkin kaku atau
fleksibel. Selain itu dalam organisasi mungkin pula terjadi sentralisasi dan
konfirmasi tinggi ataupun rendah. Semuanya ini akan mempengaruhi budaya
perusahaan. Dalam struktur yang kaku dan konfornitas yang tinggi, akan berlaku
kebiasaan untuk menghindari sesuatu yang tidak pasti, dan segala sesuatunya
harus dibuat dengan aturan tertulis. Dalam struktur yang fleksibel dan
konfornitas yang tinggi, mungkin karyawan lebih dibiasakan untuk menghadapi
ketidakpastian secara kreatif dan mandiri.
6)
Gaya Manajemen
Berkaitan dengan kepemimpinan, gaya manajemen
juga mempengaruhi budaya perusahaan. Dalam hal ini bagaimana proses
perencanaan, pengorganisasian, kegiatan memimpin, serta pengendalian, yang
dilakukan akan mencerminkan gaya manajemen yang berlaku diperusahaan itu.
Pendekatan analisis faktor budaya organisasi adalah sebagai
berikut:
1) Awal dari
kebijakan adalah menerima bahwa kita tidak akan pernah benar-benar memahami
diri kita sendiri atau orang lain.
2) Sistem persepsi
kita amat terbatas, artinya sistem pengendalian saraf kita hanya bekerja jika
ada sinyal masukkan yang berbeda dari apa yang kita harapkan.
3) Kita
menghabiskan sebagian besar energi untuk mengelola masukkan persepsi.
4) Ketika kita
tidak memahami keyakinan dan nilai-nilai sistem budaya tertentu dan masyarakat,
hal-hal yang kita amati dan pengalaman mungkin tampak “aneh”.
2.3.
Produk Industri
Dalam lingkungan sosial budaya, pengaruh
dari pemasaran produk industri, dimana berbagai faktor budaya yang telah
dijelaskan sebelumnya mempunyai pengaruh yang penting pada pemasaran produk
industri di seluruh dunia dan harus dikenali dalam merumuskan rencana pemasaran
global. Beberapa produk industri dapat menunjukkan sensitivitas lingkungan yang
rendah, seperti misalnya dalam kasus chip komputer, atau tingkat tinggi seperti
dalam kasus generator turbin yang mana kebijakan pemerintah untuk “pembelian
nasional” menunjukkan bahwa tawaran dari penawar asing itu tidak menguntungkan.
2.4.
Produk Konsumen
Lingkungan sosial budaya, pengaruh
dari produk konsumen, dimana Pengamatan dan studi menunjukkan bahwa tanpa
tergantung pada kelas sosial dan pendapatan, budaya mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap perilaku konsumsi, penggunaan media, dan kepemilikan barang
yang tahan lama. Produk konsumen mungkin lebih peka terhadap perbedaan budaya
daripada produk industri. Rasa lapar merupakan suatu kebutuhan fisiologis dasar
dalam hirarki Maslow; semua orang butuh makan, tapi apa yang akan kita makan
sangat dipengaruhi oleh budaya.
ANALISIS
3. Hubungan Dengan Contoh Kasus yang Terjadi Di
Masyarakat (Contoh Kasus Pada PT SidoMuncul)
Dalam dunia persaingan yang semakin meningkat, pemasaran produk smart akan menjamin
kelangsungan hidup di pasar. PT SidoMuncul memiliki nama yang sangat baik dan
setia di seluruh Indonesia
dan di daerah, dengan pengabdian yang sama untuk pemasaran smart diharapkan
bahwa produk perusahaan akan menemukan resepsi serupa di pasar dunia. Pemasaran
dilakukan dengan kebijakan dan penghormatan terhadap konsumen, seperti
pelayanan yang sesuai, produk herbal yang berkualitas tinggi dan terkenal
produk herbalnya.
PT.SidoMuncul
pun telah berhasil menguasai pangsa pasar jamu di pasaran lokal, domestik, nasional
dan merambah pasarnya ke beberapa negara sehingga produk jamu ini bisa diterima
di negara lain, negara penerima produk SidoMuncul bisa merasakan bahkan
kebiasaan minum jamu bisa menyehatkan, padahal kebiasaan ini merupakan budaya
orang Indonesia dari sejak dulu, sehingga bisa menyesuaikan dengan lingkungan
sosial negara lain dalam membiasakan minum jamu. Jamu sudah merupakan minuman Kesehatan dan makanan suplemen terkenal dan diandalkan di banyak negara, termasuk Rusia & Eropa Timur Negara, Malaysia, Brunei, Singapura, Swiss, Jepang, Arab
Saudi, Kuwait, Uni Emirat Arab, Oman, Qatar, Bahrain , Aruba. PT SidoMuncul
sendiri dapat menembus pasar dunia dengan melakukan pemasaran global yang tetap
memperhatikan faktor lingkungan sosial budaya.
3.1. Analisis
Pendapat (Penulis)
Berdasarkan
penjelasan yang telah diuraikan sebelumnya dan berdasarkan contoh kasus yang
ada atau terjadi di masyarakat, maka penulis dapat memberikan analisis
khususnya pendapat pribadi penulis atas penjelasan sebelumnya, adalah sebagai
berikut:
Lingkungan sosial dan budaya dapat mempengaruhi
masyarakat khususnya dalam hal melakukan pemasaran global, dimana jika
sebelumnya masyarakat atau perusahaan dapat melihat dan memahami dengan baik
seperti apa lingkungan sosial dan budaya yang ada di dalam negeri maupun di
luar negeri, maka hal tersebut dapat memudahkan perusahaan dalam melakukan
pemasaran global. Hal tersebut dapat menyebabkan mudahnya dalam melakukan
pemasaran global, karena setiap Negara pasti memiliki lingkungan sosial dan
budaya yang berbeda-beda sehingga kita dapat menyesuaikannya dengan produk yang
akan kita pasarkan. Atau sebaliknya, dengan mengetahui lingkungan sosial budaya
di Negara lain, kita bisa melakukan inovasi-inovasi terhadap produk yang akan
dipasarkan dengan tujuan untuk mengubah kebiasaan suatu Negara khususnya dalam
hal melakukan konsumsi.
Berdasarkan contoh kasus di atas, kita dapat
lihat bahwa PT SidoMuncul telah dapat memasuki pasar global dikarenakan PT
SidoMuncul tetap memperhatikan faktor lingkungan sosial budaya, baik dalam
negeri maupun luar negeri. Negara
penerima produk SidoMuncul pun telah bisa merasakan bahkan kebiasaan minum jamu
bisa menyehatkan, padahal kebiasaan ini merupakan budaya orang Indonesia dari
sejak dulu, sehingga bisa menyesuaikan dengan lingkungan sosial negara lain
dalam membiasakan minum jamu. Jamu sudah merupakan minuman Kesehatan dan makanan suplemen terkenal dan diandalkan di banyak Negara.
REFERENSI
Djokosantoso
Moeljono. 2005. Cultured. Budaya
Organisasi Dalam Tantangan. Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo.
Soekanto,
Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Poerwadarminta,
W.J.S. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.
Komentar
Posting Komentar